Tujuan penerapan teknologi ini adalah untuk
meningkatkan nilai tambah dari limbah hasil perikanan khususnya tulang ikan
yang selama ini belum termanfaatkan secara optimal.
Manfaat dari penerapan teknologi ini adalah untuk
memanfaatkan tulang ikan yang masih sering dianggap sebagai limbah, dengan
demikian dapat mengurangi dampak lingkungan dari limbah hasil perikanan. Hal
ini sangat mendukung konsep zero waste dan blue economy, selain juga dapat
menjadi peluang kerja baru bagi masyarakat kelautan dan perikanan Indonesia.
Bubuk kalsium tulang ikan dapat ditambahkan pada
produk kering seperti kerupuk, mi, tik-tik ikan, biskuit dan berbagai produk
kering lainnya. Di samping itu dapat digunakan juga pada produk basah seperti
nuget, kaki naga, burger, bakso, brownis dan lainnya. Bubuk kalsium tulang ikan
dapat juga dapat digunakan sebagai sumber kalsium pada pakan ternak dan pakan
ikan.
Pembuatan tepung tulang ikan sudah dilakukan secara
tradisional dengan menggiling tulang ikan yang sudah dikeringkan, tanpa melalui
proses ekstraksi. Inovasi dari teknologi ini adalah dilakukannya proses
ekstraksi menggunakan NaOH an HCl sehingga dapat diperoleh bubuk kalsium tulang
ikan yang lebih murni dengan ukuran yang lebih halus, bahkan dapat mencapai
ukuran nano, sehingga mudah diserap oleh tubuh bila dikonsumsi.
PENGERTIAN
Kalsium: Logam putih, menyerupai kristal; unsur dengan
nomor atom 20, berlambang Ca, dan bobot atom 40,08
RINCIAN DAN APLIKASI TEKNIS
Persyaratan Teknis
Pembuatan bubuk kalsium dari tulang ikan memerlukan
peralatan sebagai berikut :
1. Panci perebus
2. Kompor
3. Waterbath (dapat dimodifikasi dari drum bekas,
minimal mampu digunakan untuk merendam pada suhu 100 C) o
4. Kertas saring Whatman ukuran 41 atau 42 dan kertas
pH yang dapat diperoleh di toko bahankimia
5. Grinder, dishmill atau hammer mill untuk menggiling
tulang menjadi partikel ukuran kecil/bubuk
6. Oven/alat pengering mekanis yang minimal mampu
mencapai suhu 50 Co
7. Saringan bertingkat dengan ukuran 100 mesh, 200
mesh, dan 500 mesh
Di samping itu diperlukan bahan-bahan sebagai berikut:
1. Tulang ikan (dapat berasal dari semua jenis ikan, merupakan limbah dari
pengolahan fillet ataupengolahan ikan lain) 2. NaOH (teknis) 3. HCl (teknis)
Rincian teknologi
1. Pembersihan tulang ikan dari kotoran atau sisa
daging yang melekat dilakukan dengan pencucian dan penyiangan. Tulang pada
bagian kepala dan ekor ikan dibuang.
2. Tulang ikan kemudian direbus dalam wadah perebusan
atau panci aluminium selama 30 menit pada suhu sekitar 1.000oC. Proses
pemasakan atau perebusan dilakukan untuk mempermudah pembersihan tulang dari
daging, lemak dan darah yang menempel ada tulang. Untuk mendapatkan tulang ikan
yang bersih dan hasil akhir dengan nilai derajat putih yang tinggi, perebusan
dapat dilakukan berulang-ulang.
3. Tulang ikan yang telah direbus ditiriskan di para-para
atau tampah kemudian didinginkan. Untuk mempercepat proses pendinginan dapat
digunakan kipas angin atau diangin-anginkan di udara luar.
4. Sisa daging yang masih menempel dibersihkan
menggunakan sikat dan dicuci kembali hingga bersih.
5. Setelah bersih, tulang dikeringkan di bawah sinar
matahari hingga kering (sekitar 1 hari) menggunakan para-para atau tampah
sebagai wadah tulang ikan.
6. Tulang ikan yang sudah kering kemudian dihaluskan
dengan menggunakan alat penepung, dishmill atau hammer mill.
7. Tahapan selanjutnya adalah proses ekstraksi tepung
tulang ikan yang dilakukan pada suhu 100oC dalam waterbath menggunakan larutan
NaOH (konsentrasi 4%) selama 1 jam dengan perbandingan antara tepung dan
larutan NaOH 1 : 2.
8. Untuk memisahkan filtrat dan residunya, dilakukan 2
kali penyaringan. Penyaringan pertama dilakukan menggunakan kain blacu dan
penyaringan kedua dilakukan dengan menggunakan kertas saring whatman. Tujuan
dari penyaringan 2 tahap ini adalah untuk mendapatkan residu yang lebih banyak
sekaligus meminimalkan biaya. Jika menggunakan kertas saring whatman saja untuk
penyaringan makan biaya yang dikeluarkan akan lebih banyak dibanding
penyaringan dilakukan dengan menggunakan kain blacu, tetapi bila hanya
menggunakan kain blacu saja, hasilnya tidak sebagus jika penyaringan dilakukan
dengan menggunakan kertas saring whatman karena pori-pori kain blacu lebih
besar dari pori-pori kertas saring whatman.
9. Pencucian ulang kemudian dilakukan dengan akuades
agar residu mempunyai pH yang mendekati netral (pH 7). Pengecekan pH dapat
menggunakan kertas pH.
10. Residu yang sudah netral kemudian dihidrolisis
dengan cara merendamnya dalam HCl 3,6%dengan perbandingan 1 : 3 selama 24 jam,
selanjutnya residu berikut HCl tersebut dimasukkan ke dalam waterbath untuk
dipanaskan pada suhu 100oC selama 1 jam.
11. Setelah diekstraksi, dilakukan penyaringan dengan
cara yang sama dengan penyaringansebelum pencucian pada proses ekstraksi
pertama.
12. Pencucian ulang hingga pH netral dilakukan
menggunakan akudes seperti pada penetralansebelumnya.
13. Pengeringan residu dilakukan menggunakan oven pada
suhu 50 C selama 24 jam atauo hingga kadar air residu maksimal 3%.
14. Residu yang telah kering digiling kembali untuk
menyeragamkan ukuran. Penggilingan dilakukan dengan menggunakan alat
penepung/hammer mill/dishmill.
15. Tepung yang dihasilkan kemudian disaring
menggunakan saringan bertingkat 100 mesh, 200 mesh dan 500 mesh. Penyaringan
bertingkat ini dimaksudkan untuk mendapatkan bubuk kalsium dengan ukuran yang
berbeda-beda. Pembedaan kelompok ini berguna untuk menentukan segmen pasar
karena setiap segmen mempunyai harga yang berbeda. Kalsium dengan ukuran yang
lebih kecil dapat dijual untuk segmen pasar yang dengan nilai jual lebih tinggi
dibandingkan kalsium dengan ukuran lebih besar.
16. Pengemasan dilakukan untuk mencegah kalsium
ditumbuhi jamur akibat kelembaban (RH) yang tinggi di udara sekitar. Pengemasan
dapat menggunakan plastik atau botol. Ukuran kemasan dan bobot kalsium pada
kemasan ditentukan oleh pengusaha berdasarkan segmen dan permintaan pasar.
Pasar potensial adalah industri makanan kecil dan pakan ternak/ikan.
17. Kalsium dapat digunakan pada makanan kecil/snack
kering dengan takaran tidak lebih dari 2% dari total adonan. Penambahan kalsium
dari tulang ikan ini dapat dilakukan pada proses pencapuran bahan makanan
(pengadonan).
KEUNGGULAN
TEKNOLOGI
Selain meningkatkan nilai tambah, teknologi ini dapat
mengurangi masalah pencemaran lingkungan oleh limbah perikanan.
Bubuk kalsium tulang ikan mengandung kalsium yang
lebih murni dan ukuran bubuk yang lebih kecil dibandingkan tepung ikan yang
dibuat secara tradisional, karena menggunakan proses ekstraksi dengan NaOH dan
HCl. Dengan demikian diharapkan kalsium akan dapat diserap dengan lebih baik
oleh tubuh.
Mudah disubtitusikan pada produk makanan olahan karena
berbentuk tepung dan tidak berbau amis.
Mempunyai pangsa pasar pada industri pakan sebagai
sumber mineral dalam formulasi pakan.
WAKTU DAN LOKASI
REKOMENDASI
Penelitian dilakukan di Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
(BBP4BKP) Jakarta pada tahun 2010 – 2012, diteruskan dengan kaji terap
penggunaan bubuk kalsium tulang ikan pada berbagai jenis makanan misalnya
tik-tik, kerupuk, kue, roti, brownis dan lain-lain makanan camilan. Kaji terap
dilakukan di Tulungagung, Kupang (Nusa tenggara Timur), Tegal, Samarinda,
Pemangkat dan Kayong Utara (Kalimantan Barat). Teknologi ini direkomendasikan
untuk daerah yang banyak terdapat unit pengolah ikan baik skala UKM maupun industri
yang pada proses produksinya menghasilkan hasil samping tulang ikan.
KEMUNGKINAN DAMPAK NEGATIF Teknologi ini tidak akan
berdampak negatif pada lingkungan bila dilengkapi dengan instalasi pengolahan
limbah (IPAL), karena menggunakan bahan kimia pada prosesnya.
TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI Komponen yang digunakan
dalam teknologi ini seluruhnya menggunakan material produksi dalam negeri. No
Uraian Satuan Jumlah Harga satuan Jumlah Jumlah/ bulan 1 Tulang ikan (hari
sekali)ekstraksi setiap 3 Kg 50 1.000 50.000 500.000 2 NaOH (teknis) Kg 5
15.000 75.000 750.000 3 HCl (teknis) liter 2 15.000 30.000 300.000 4 Gas tabung
0,3 15.000 4.500 45.000 5 Pengemas Kg 10 15.000 150.000 1.500.000 JUMLAH Biaya
tetap 309.500 3.095.000 1 Tenaga Kerja Orang 4 25.000 100.000 2.500.000 2
Listrik Paket 1 150.000 150.000 150.000 3 Air Paket 1 100.000 100.000 100.000
JUMLAH 350.000 2.750.000 Modal Usaha = Biaya Investasi + Biaya Opresional +
Biaya Tetap Biaya Investasi 96.530.000 Biaya Operasional 3.095.000 Biaya Tetap
2.750.000 102.375.000 0 Tabel 1. Rincian Biaya operasional Ekstraksi tulang
ikan
KELAYAKAN FINANSIAL DAN ANALISIS USAHA Diasumsikan
bahwa modal usaha Rp 50.000.000 merupakan pinjaman Bank yang diberikan melalui
KUMK dengan Bunga 12% per tahun, maka pinjaman yang diajukan ke bank maka
perhitungannya dapat dilihat pada tabel di halaman berikut: (RP) Modal
97.039.500 Pinjaman Bunga Bank12 % Pertahun 50.000.000 Pinjaman 50.000.000
Bunga 12%/tahun 6.000.000 Bunga perbulan 500.000 Pengeluaran Penyusutan Biaya
operasional 583.83 3.095.000 Biaya tetap 2.750.000 Bunga Bank Proyeksi Laba
Rugi Usaha Pendapatan 500.000 6.928.833 Rendemen (KG) Penjualan tepung tulang
40 Total Pendapatan/bulan Pengeluaran Biaya Produksi Penyusutan Biaya Tetap
Bunga Bank Perbulan Total Pengeluaran Laba Setelah Pajak Pertimbangan Usaha
Pertimbangan usaha dihitung berdasarkan BEP = Biaya tetap/1-Biaya tidak
tetap/hasil penjualan Biaya tetap Variable Cost Hasil Penjualan Biaya
operasional/Hasil Penjualan Penyebut 2. 750.000 3.095.000 10.000.000 0, 309
0,691 3. 982.621,29 BEP satuan kg harga per kg (RP) 25.000 Jumlah (RP)
1.000.000 jumlah/bulan (RP) 10.000.000 10.000.000 3.095.000 583.833 2.750.000
500.000 6.928.833 3.071.167
Spesifikasi
Bubuk kalsium tulang ikan mempunyai kadar kalsium
22,6%, rasio kalsium dengan fosfor sebesar 1,87. Mempunyai kadar air 2,33%,
kadar abu 92,74%, kadar protein 0,61%, ukuran 145 nm - 2 µm dan derajat putih
93,72%.
Sumber:
Murniyati, Dewi F.R., Nurhayati, Tazwir, dan
Peranginangin R., 2013. Bubuk Kalsium dari Tulang Ikan. Buku Rekomendasi
Teknologi Kelautan dan Perikanan 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kelautan dan Perikanan – Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
KOMUNITAS PENYULUH PERIKANAN
No comments:
Post a Comment